Kemarin, saya kembali diusikkan ama pemandangan jamak di bandara internasional Soekarno Hatta, pemandangan yang mungkin juga awam terjadi di banyak tempat di negeri ini. Pemandangan orang merokok di bawah tulisan dilarang merokok. gambar yang seperti di bawah ini nih
Sayang saya ga kepikiran buat moto tu pemandangan. Lain kali ah
Eniwei, sebelum saya mencaci orang-orang tersebut, mari bernostalgia sejenak
hubungan saya dengan rokok yang paling berkesan diawali pada suatu masa ketika usia masih belum belasan. YEP. belum belasan. Saya masih kelas 5 SD ketika bibir saya besentuhan dengan batang rokok. Waktu itu saya sedang liburan akhir pekan ke rumah nenek di lereng gunung (Daerah Boto itu lereng gunung bukan sih?) Seperti anak kecil yang sehat dan aktif bersosialisasi, saya bermain dengan para sepupu dan duapupu. Kejar-kejaran, petak-umpet, bentengan, pokoknya permainan yang kayaknya udah punah di tahun 2000an ini. Lalu entah dari mana, salah satu duapupu saya membawa sebatang rokok yang udah tinggal sedikit tapi masih menyala. Dia lalu menghasut kami, para bocah lugu dengan tingkat keingintahuan yang mantap, untuk menghisap rokok tersebut. Kami pun nurut, satu-persatu dari kami mencoba melakukan apa yang biasanya dilakukan  orang dewasa geblek tolol perusak diri sendiri idiot perokok.
Hasilnya?
Saya tersedak, GA ENAK! GA KAYA PERMEN! GA KAYA CHEETOZ!
Sejak itu lah hingga saya ga tertarik ama yang namanya rokok
4 Tahun kemudian…..
Saya sedang asyik maen gitar di rumah kawan saya yang sedang kosong. Tenang, cowok kok. bukan cewek. Inisialnya Rc Waktu sudah menunjukkan pukul ……pokoknya lewat adzan isya deh…. setelah bosan memetik gitar, kami berdua ngobrol, ngoceh ngalor ngidul. Tak lama berselang, datang seorang kawan lagi. Dan dia membawa sebungkus rokok. Saya lupa gimana detilnya, yang jelas, setelah kawan satu itu pulang, ada sebungkus rokok yang tertinggal. Si Rc pun penasaran, seperti apa rasanya rokok itu. Ia lalu menyulut rokok tersebut dan menghisapnya. Tidak seperti saya yang langsung tersedak seperti paragraf di atas, Rc bisa mengendalikan rokok tersebut. Tapi itu tak lama. Dia mematikan rokok itu dan berkata, “Ga enak di bibir. pedas gitu rasanya”
Oke, makin tidak tertarik.
Sepulang dari rumah kawan tersebut saya menceritakan hal di atas kepada ortu saya. Dan papa langsung berkata demikian.
“kamu merokok itu ngapain? ngisep asap kan? kenapa ga duduk di tempat bakar sampah aja, kan ada asapnya. bisa diisep tuh”
jleb! mengena banget di nalar saya.
3 hal itu adalah alasan kenapa saya tidak tertarik menjadi seorang perokok. Jauh sebelum saya mengetahui bahayanya merokok. Bahwa merokok itu bisa menyebabkan kanker, bahwa merokok itu bisa membahayakan orang di sekitar yang jadi perokok pasif.
Kembali ke paragraf awal sendiri, mari mencaci
*copas dari twitter ah*
jadi, saya heran dengan para perokok. segitu ga bisa tahan ya merokok?
udah jelas-jelas ada tanda dilarang merokok, dan udah disediain ruangan sendiri buat merokok, masih aja merokok sembarangan
apa karena mikirnya tempat itu ga ada ac, jadi bisa dipake buat rokok’an?
*yang ini bukan dari twit*
buta apa ya, ga bisa baca ya? ga bisa baca tulisan “DILARANG MEROKOK”
😡